Selasa, 16 Maret 2010

Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah seorang psikolog "developmental" karena penelitiannya, mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dia adalah seorang psikolog dengan suatu teori komprehensif tentang perkembangan inteligensi atau proses berpikir. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif.Apabila ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka Piaget tekanan penyelidikannya lain. Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian/adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.

Piaget yakin bahwa setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada suatu tahapan perkembangan yang tertentu, akan muncullah skema/struktur yang tertentu pula. Keberhasilan dari setiap tahap, amat tergantung pada tahap sebelumnya. Meskipun Piaget lebih menekankan pada aspek hereditas dalam proses perkembangan, tetapi ia juga sering menyinggung bahwa lingkungan sosial dan llingkungan lainnya dapat berpengaruh pada umur di mana kemampuan tertentu sedang berkembang.

1. Periode Sensorimotor (Dari Lahir – 2 Tahun)
Menurut pandangan Piaget, manusia memulai kehidupannya dengan seperangkat tindakan refleks, khususnya perkembangan fisik yang dibangun secara unik dalam spesies manusia, dan sifat dasar dalam berinteraksi dengan lingkungan. Sifat dasar yang melekat dalam berinteraksi ini mengacu pada kecenderungan berpikir yang terorganisir dan disesuaikan dengan lingkungan. Meskipun bayi-bayi belum mengetahui banyak hal tentang dunia, mereka memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu. Dalam sebuah buku Piaget yang diberi judul "The Origin Intelligence in Children" (1936), bayi-bayi membentuk sebuah model untuk memahami dunia dengan sistem sensori (perseptual) dan gerak fisik. Kemajuan bayi melalui enam tahap dalam membentuk sebuah sistem sensorimotorik dalam berpikir.
2. Periode Praoperasional (Kira-Kira Umur 2-7 Tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk terlalu mengandalkan diri pada persepsinya mengenai realitas. Pada periode ini, anak dapat menggunakan simbol-simbol seperti refleksi mental, kata-kata dan penampilan fisik terhadap lingkungannya (obyek dan peristiwa. Mereka mungkin dapat memecahkan masalah dengan menggunakan obyek nyata, tetapi mereka seringkali menghadapi kesulitan bila harus memecahkan masalah yang abstrak. Pemikiran pada tahap praoperasional dapat dibagi ke dalam 2 sub tahap : sub tahap fungsi pemikiran simbolis dan sub tahap pemikiran intuitif.
3. Periode Operasional Konkrit (Kira-Kira Umur 7-11 Tahun)
Menurut Piaget, anak-anak prasekolah berpikir operasional. Pemikiran operasional mencakup pembentukan konsep-konsep yang seimbang, munculnya pemikiran mental, sifat egosentris, dan membentuk sistem kepercayaan hal-hal yang berhubungan dengan magic. Pemikiran anak pada masa prasekolah
masih kurang dan belum teratur. Piaget yakin bahwa berpikir operasional konkrit belum kelihatan pada anak prasekolah yang berusia 7 tahun. Menurutnya, berpikir operasional konkrit dibangun oleh operasi dan tindakan mental yang memungkinkan anak untuk melakukan secara mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Operasional konkrit memungkinkan anak untuk mengkoordinasi beberapa karakteristik daripada fokus pada sifat tunggal dari suatu benda.
4. Periode Operasional Formal (Kira-Kira 11-15 Tahun)
Piaget percaya bahwa berpikir operasional formal itu terjadi pada anak yang berusia 11-15 tahun. Berpikir operasional formal lebih bersifat abstrak dari pemikiran seorang anak. Anak remaja tidak terlalu terbatas untuk berpikir dan melakukan tindakan-tindakan konkrit. Malahan, mereka dapat membangkitkan situasi yang dipercayainya, kemungkinan menyusun hipotesis, atau semata-mata merencanakan alasan-alasan yang abstrak. Remaja akan lebih meningkat dalam berpikir mengenai dirinya. Dalam berpikir abstrak, pikiran remaja juga idealistis. Mereka mulai berpikir mengenai karakteristik ideal bagi mereka dan lainnya dan membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain dengan standar yang ideal. Kebalikannya, anak-anak berpikir lebih banyak terhadap istilah-istilah yang nyata dan terbatas. Dalam masa remaja, pemikiran-pemikirannya seringkali melayang kepada hal-hal yang fantastik menuju masa depan.

0 komentar: